SDIT HARAPAN UMAT JEMBER

Harum Berkisah Idul Adha 1442 H : Meneladani Kesabaran Nabi Ibrahin A.S dan Ketaatan Nabi Ismail A.S

          Peringatan Idul Adha tahun ini, 1442 H/2021 M, semakin semarak. Kali ini, ada kegiatan Harum Berkisah yang mengundang pengkisah Jawa Timur yaitu Kak Rika dari PPMI (Perkumpulan Pencerita Muslim Indonesia) Surabaya. Kegiatan yang diselenggarakan virtual ini diikuti oleh seluruh siswa siswi kelas 1 hingga 6 pada Jumat lalu (23/07).

            Pada edisi kali ini Kak Rika hadir untuk menceritakan kisah kesabaran Nabi Ibrahim A.S dan Ketaatan Nabi Ismail A.S. Kisah bermula saat Nabi Ibrahim A.S diberi perintah oleh Allah melalui wahyu untuk menyembelih Nabi Ismail A.S, akan tetapi Nabi Ismail menyikapinya dengan ikhlas sambal berucap “Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar”

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang anak silih berganti. 

Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan Siti Hajar pun mengatakan: ”jika memang benar perintah Allah, aku pun siap untuk di sembelih sebagai gantinya Ismail.” 

Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi dan Iblis pun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar jumrah, jumrotul ula, wustha, dan aqabah yang dilaksanakan di Mina.

Setelah sampai di suatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : 

”ayah, ku harap kaki dan tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan”

Tidak hanya itu, Ismail pada saat itu juga meminta sang ayah untuk mengasah tajam tajam pisau, agar penyembelihan berjalan singkat, karena menurutnya sakaratul maut dahsyat sekali. 

“Berikan bajuku kepada ibu untuk kenang- kenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita bagaimana ayah mengikat tanganku. Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang ke rumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah melihat anak- anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan,” ucap Ibrahim.

Nabi Ibrahim AS menjawab ”baiklah anakku, Allah SWT akan menolongmu”. 

Setelah Ismail, putra tercinta ditelentangkan di atas sebuah batu, dan pisau pun diletakkan di atas lehernya, Ibrahim pun menyembelih dengan menekan pisau itu  kuat- kuat, namun tidak mempan, bahkan tergores pun tidak.

Pada saat itu, Allah SWT membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan di bumi, mereka tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. 

”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.”

Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu di leherku, supaya malaikat menyaksikan putra khalilullah Ibrahim taat dan patuh kepada perintah-Nya.” 

Ibrahim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat- kuat, namun lehernya tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas.

Ibrahim mencoba memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. 

”Hai pisau, engkau sanggup membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata Ibrahim. 

Dengan izin Allah SWT, pisau itu menjawab, ”Anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi perintahmu wahai ibrahim, jika akibatnya akan durhaka kepada Allah SWT”. 

Pada saat itu Allah SWT memerintahkan Jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan Allah SWT berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan terhadap anaknya. 

Allah SWT telah meridhai ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban.

Bagikan yuk
Agar bermanfaat